Senin, 25 Juli 2016



Kisah Sebatang Pensil
Si anak lelaki memandangi neneknya yang sedang menulis surat, lalu
bertanya, “Apakah Nenek sedang menulis cerita tentang kegiatan kita? Apakah cerita
ini tentang aku?”
Sang nenek berhenti menulis surat dan berkata kepada cucunya, “Nenek memang
sedang menulis tentang dirimu, sebenarnya, tetapi ada yang lebih penting daripada
kata – kata yang sedang Nenek tulis, yakni pensil yang Nenek gunakan. Mudah –
mudahan kau menjadi seperti pensil ini, kalau kau sudah dewasa nanti.”
Si anak lelaki merasa heran, diamatinya pensil itu, kelihatannya biasa saja.
“Tapi pensil itu sama saja dengan pensil – pensil lain yang pernah kulihat!”
“Itu tergantung bagaimana kau memandang segala sesuatunya. Ada lima pokok yang
“Itu tergantung bagaimana kau memandang segala sesuatunya. Ada lima pokok yang
penting, dan kalau kau berhasil menerapkannya, kau akan senantiasa merasa damai
dalam menjalani hidupmu.”
Pertama : Kau sanggup melakukan hal – hal yang besar, tetapi jangan pernah lupa
bahwa ada tangan yang membimbing setiap langkahmu. Kita menyebutnya tangan
Tuhan. Dia selalu membimbing kita sesuai dengan kehendak-Nya.
Kedua : Sesekali Nenek mesti berhenti menulis dan meraut pensil ini. Pensil ini akan
merasa sakit sedikit, tetapi sesudahnya dia menjadi jauh lebih tajam. Begitu pula
denganmu, kau harus belajar menanggung beberapa penderitaan dan kesedihan, sebab
penderitaan dan kesedihan akan menjadikanmu orang yang lebih baik.
Ketiga : Pensil ini tidak keberatan kalau kita menggunakan penghapus untuk
menghapus kesalahan – kesalahan yang kita buat. Ini berarti, tidak apa – apa kalau kita
memperbaiki sesuatu yang pernah kita lakukan. Kita jadi tetap berada di jalan yang
benar untuk menuju keadilan.
Keempat : Yang paling penting pada sebatang pensil bukanlah bagian luarnya yang dari
kayu, melainkan bahan grafit di dalamnya. Jadi, perhatikan selalu apa yang sedang
berlangsung di dalam dirimu.
Dan yang Kelima : Pensil ini selalu meninggalkan bekas. Begitu pula apa yang kau
lakukan. Kau harus tahu bahwa segala sesuatu yang kau lakukan dalam hidupmu akan
meninggalkan bekas, maka berusahalah untuk menyadari hal tersebut dalam setiap
tindakanmu.

Pasangan Terbaik Itu.. Seperti Sepatu
Pasangan terbaik itu seperti sepatu.
Bentuknya tak persis sama namun serasi.
Saat berjalan terlihat tak kompak tapi tujuannya sama.
Tak pernah ganti posisi, namun saling melengkapi.
Selalu sederajat tak ada yang lebih rendah atau tinggi.
Bila yang satu hilang yang lain tak memiliki arti.
SEPATU: Sejalan sampai  tua, hingga maut yang memisahkan.