Senin, 23 Mei 2016

Sabtu, 21 Mei 2016

Mengetahui Ciri Orang Sedang Berbohong

Bila seseorang menjawab pertanyaan lalu bola matanya bergerak kearah kiri,mungkin jawabannya jujur, tapi bila bergerak kearah kanan, kemungkinan ia berbohong. Ini karena bagian otak kiri berfungsi sebagai auditory memory, sedangkan otak kanan untuk kreativitas. Bila bola mata kiri,berarti dia berusaha mengingat sedangkan jika bola mata ke arah kanan berarti dia sedang menyusun atau menggambarkan jawaban yang lain.Karena bagian kreativitasnya sedang bekerja untuk mengarang cerita bohong.

Minggu, 15 Mei 2016

Perencanaan Produk Penelitian dan Pengembangan (Research and Development)

BAB I
PENDAHULUAN

Metode penelitian dan pengembangan, adalah merupakan metode penclitian yang digunakan untuk meneliti dalam upaya mengembangkan produk yang telah ada (inovasi) maupun untuk menciptakan produk baru (kreasi) yang temji. Richey dan Klein (2009) dalam Sugiyono (2015:395) mengemukakan bahwa pcnelitian dan pengembangan bertujuan untuk mengembangkan product, tool, and model. Produk yang dikembangkan misalnya mobil, alat yang dikembangkan misalnya alat untuk mengukur tekanan ban. Model yang dikembangkan misalnya model kelistrikan mobil.
Menurut Borg and Gall (2005) perencanaan (planning) Sugiyono (2015:395) produk itu merupakan langkah ke 2 dalam proses penelitian dan pengembangan setelah peneliti melakukan Research and information collecting, yang meliputi analisis kebutuhan, review literatur, penelitian dalam skala kecil, dan persiapan membuat laporan yang terkini.
Banghart dan Trull (1973) Sugiyono (2015:395)  menyatakan bahwa perencanaan adalah “preparing to do”  is call planning, and “communicating what is to be done”  is call plan. Menyiapkan apa yang harus dikerjakan dinamakan perencanaan dan mengkomunikasikan apa yang hams dikerjakan clinamakan rencana. Selanjutnya dinyatakan bahwa “The meaning of planning involves several component process, such as the objective to be attained; an egicient procedure for attaining them; the appropriate allocation of the resources required to attain the objective; and a conception of the proper form to achieve the objective”. Perencanaan terdiri atas proses beberapa komponen seperti adanya tujuan yang harus dicapai, adanya prosedur yang efisien untuk mencapai, adanya sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan, dan adanya konsep yang jelas untuk mencapai tujuan.
Metode penelitian dan pengembangan telah banyak digunakan pada bidang-bidang Ilmu Alam dan Teknik. Hampir semua produk teknologi, seperti alat-alat elektronik, kendaraan bermotor, pesawat terbang, kapal laut, senjata, obat-obatan, alat-alat kedokteran, bangunan gedung bertingkat dan alat-alat rumah tangga yang modem diproduk dan dikembangkan melalui penelitian dan pengembangan. Namun demikian metode penelitian dan pengembangan bisa juga digunakan dalam bidang ilmu-ilmu sosial seperti psikologi, sosiologi, pendidikan, manajemen, dan lain-lain. Produk dalam bidang manajemen, sosial dan pendidikan antara lain adalah: peraturan perundang-undangan, kebijakan, sistem kelja, kurikulum, media pembelajaran, program, buku ajar, model perencanaan, model kepemimpinan, model organisasi, model kepemimpinan, model pengawasan dan pengendalian, model pembelajaran, model penjualan, model pemasaran, model interaksi sosial yang produktii model penanganan kenakalan remaja, dan lain-lain.
Dalam era global, era persaingan bebas saat ini, produk yang dibutuhkan masyarakat adalah, produk yang performannya bagus, baik dari segi bentuk maupun visualisasinya (pandangan mata); efektif (kualitas relatif tinggi, tidak cepat rusak), efisien (murah harganya), praktis (ergonomis, mudah dan enak digunakan). Supaya produk yang digunakan memenuhi spesiflkasi tersebut, maka perlu direncanakan dengan baik. Hasil perencanaan akan menjadi desain suatu produk.
Pada makalah ini dikemukakan  beberapa hal sebagai berikut:
A.    Desain dan Perencanaan Produk
B.     Tipe Desain
C.     Spesifikasi Desain
D.    Langkah-langkah Pembuatan Desain Produk
Diharapkan dengan pamaparan makalah ini kita bisa memahami perencanaan produk pada penelitian dan pengembangan.







BAB II
PEMBAHASAN

A.    Desain dan Perencanaan Produk
Produk adalah segala sesuatu yang dibuat atau dikembangkan untuk dijual atau digunakan/dipakai. Produk-produk teknologi baik alat, obat, makanan biasanya dibuat untuk dijual, sedangkan produk seperti kurikulum, model~model pembelajaran jarang dijual tetapi untuk dipakai. Perancangan produk adalah suatu proses untuk membuat produk baru yang akan dijual oleh pelaku bisnis kepada pembeli. Pertimbangan utama dari perencanaan produk baru adalah efektivitas dan efisiensi. Efektivitas, berati produk tersebut kalau digunakan dapat mencapai tujuan pada gradasi yang tinggi. Suatu produk dinyatakan sebagai efisien, bila produk tersebut dibuat dengan biaya yang murah, waktu yang singkat, dan suasana yang menyenangkan bagi yang membuat. Melalui perencanaan produk, maka akan dapat diantisipasi kebutuhan material/bahan, tenaga yang professional dibutuhkan untuk mengerjakan, serta rencana pengujian lapangan.
Aspek yang terpenting dalam perencanaan adalah pemyataan tentang tujuan yang akan dicapai, dan estimasi biaya, tenaga yang akan mengerjakan dan waktu yang digunakan untuk mengerjakan produk. Selanjutnya dinyatakan bahwa, suatu desain memerlukan empat (4) C, yaitu: Creativity, Complexity, Choice, Compromise. Creativity adalah: requires creation of something 's that has not existed before or has not existed in the designer 's mind before. Complexity adalah: requires decision on many variables and parameter. Choice adalah: requires making choice between many possible solutions at all levels, from basic concept to smallest detail of shape. Compromise adalah: requires balancing multiple and sometimes conflicting requirement.




B.     Tipe Desain
Dieter dan Schmidt (2009) dalam Sugiyono (2015:399) mengemukakan lima tipe rancangan produk yang dapat digambarkan seperti gambar 1 berikut:
Gambar 1: Tipe-tipe Desain Produk

1.      Original Design
Desain ini sering disebut sebagai desain yang inovatif (innovative design). Desain ini merupakan desain yang nilainya paling tinggi, karena merupakan desain yang baru, dan original. Desain dikatakan baru karena sebelumnya belum pemah ada, dan original karena belum pernah ada orang lain yang mengemukakan. Walaupun diakui, kalau desain ini dibuat beluna tentu sukses.
2.      Adaptive Design
Desain ini dikembangkan dari desain sejenis yang terdahulu yang dinilai telah memuaskan, Sebagai contoh mengembangkan printer dari inkjet menjadi printer laser.
3.      Redesign
Dikatakan redesain berarti mengulangi desain yang telah ada dengan sedikit penyempumaan. Kebanyakan desain dibuat adalah memperbaiki desain yang telah ada (to improve an existing design), Jadi dalam hal ini tidak terjadi perubahan yang prinsip, termasuk dalam proses produksinya.
4.      Selection Design
Hampir semua desain menggunakan komponen yang standar. Sebagai contoh komponen suatu mobil menggunakan komponen yang standar yang disuplai dari pabrik dengan merk tertentu. Namun demikian, dalam hal ini pembuat desain akan memilih (menyeleksi) komponen yang memiliki lcualitas tinggi dengan harga yang relatif murah,
5.      Industrial Design
Bentuk desain ini adalah merupakan pengembangan produk yang ada pada aspek visualnya, sehingga desain ini lebih artistik, dan diperhatikan konsumen. Sebagai contoh produk mobil atau motor saat ini dicai dengan kualitas dan wama-warna yang lebih menarik konsumen.
Dalam bidang pendidikan Borg and Gall (2003) dalam Sugiyono (400:2015) mengemukakan bahwa, beberapa kriteria yang perlu dipahami dalam memilih produk untuk dikembangkan, dapat diketahui dengan menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut.
a.       Does the proposed product meet an important educational need?. Apakah tujuan produk sesuai dengan kebutuhan dalam pendidikan?
b.      Is the state of the art sujyiciently advanced that there is a reasonable probabiliqy that a successful product can be built? Apakah rancangan produk merupakan produk yang terbaru yang hebat, sehingga secara rasional kalau dibuat menjadi produk yang sukses.
c.       Are personal available who have the skills, knowledge, and experience necessary to build this product?. Apakah ada tenaga yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang akan membuat produk?
d.      Can the product be developed within a reasonable period of time?. Apakah produk dapat dibuat dalam waktu yang rasional?

C.    Spesifikasi Desain
Spesifikasi produk adalah “detail deseription of how something to be done”. Spesifikasi produk adalah deskripsi yang detail tentang bagaimana sesuatu dibuat. Sumber lain menyatakan bahwa, spesifikasi produk adalah “a statement preseribing materials, dimensions, and quality of work for something to be built, installed, or manufactured”. Pernyataan tentang bahan yang digunakan untuk membuat produk, dimensi (ukuran) produk, dan kualitas kerja dari produk yang akan dibangun, instalasi atau dibuat.
Gambar 2. Komponen dalam Spesifikasi Desain Produk

1.      Ketentuan Performa
Pada ketentuan perfofma perlu mempertimbangkan hal-hal berikut ini: 
a.       Pertimbangan Kefungsian
Pertimbangan kefungsian digunakan uniuk mcnentukan fungsi dari produk tersebut dirancang. Fungsi yang ada di dalam rancangan produk harus dapat memecahkan permagalahan- permasalahan yang telah dirumuskan dalam tujuan perancangan. Pertimbangan fungsi ini dapat dibagi menjadi dua fungsi yaitu fungsi primer (fungsi utama produk), dan fungi sekunder (fungsi lain produk).
b.      Pertimbangan Penampilan
Penampilan produk yang baik dapat memberikan kesan yang menarik kcpada para kostumer ketika akan melihat fisik produk secara visual Iangsung. Penampilan produk harus didesain futuristik dan elegan. Ini artinya desain tampilan produk disesuaikan dengan kebutuhan pasar saat ini maupun yang akan datang. Pemilihan warna yang tepat pada mesin dapat mcningkatkan keindahan dalam produk
c.       Pertimbangan Kehandalan
Kehandalan ini biasanya dinyatakan dalam ketahanan produksi dalam tiap waktu. Ketangguhan yang dihasilkan ini bisa berasal iiari kemampuan setiap komponen yang bekerja, berputar, translasi, bergerak, dan diam ketika dikenai bcban/gaya yang bekerja. Kehandalan produk yang dibuat dapat juga dilihat dari kualitas material dan pengerjaannya.
d.      Pertimbangan Kondisi Lingkungan
Pertimbangan kondisi lingkungan artinya produk yang dibuat mampu bertahan pada kondisi lingkungan yang beragam baik pada kelembapan, tekanan, zat kimia, air, magnet, dan lain sebagainya.
e.       Pertimbangan Biaya Produksi
Pertimbangan biaya merupakan bagian yang perlu diperhatikan ketika merencanakan sebuah produk. Engineer harus mampu memperhitungkan biaya yang dikeluarkan ketika memberikan beberapa altematif proses produksi. Proses produksi yang dipilih ketika membuat setiap komponen dalam produk harus disesuaikan dengan jumlah alat atau mesin yang mampu memproduksi tiap komponen tersebut.
f.       Pertimbangan Ergonomi (Faktor Manusia)
Penampilan produk yang baik harus memiliki bentuk yang ergonomis. Ergonomis artinya mendesain tampilan produk dengan pantas dan tidak terlalu banyak moditikasi bentuk tampilan yang tidak bermakna. Bentuk dan ukuran produk yang dibuat disesuaikan dengan kondisi pengguna produk pada umumnya, sehingga memudahkan konsumen dalam menggunakan produk tersebut.
g.      Pertimbangan Kualitas
Kualitas yang dipertimbangkan pada perancangan ini adalah produk/output yang dihasilkan pada alat/mesin yang telah didesain. Kualitas produk dapat diketahui dengan berbagui macam analisis perhitungan secara komplek dan uji coba alat/mesin sampai ditemukan hasil kualitas yang diinginkan konsumen.
h.      Pertimbangan Beban
Dalam membuat produk alat/mesin perlu memperhatikan pemilihan material, dimensi produk, dan banyaknya jumlah komponen yang digunakan. Hal ini dapat berpengaruh pada beban-beban yang bekerja pada produk itu sendiri atau dapat disebut juga sebagai beban primer. Beban lain juga dapat ditimbulkan pada produk ini yaitu beban konsekuensional.
i.        Pertimbangan Kebisingan
Mesin yang berputar tentunya tidak luput dari kebisingan. Kebisingan ini ditimbulkan karena adanya putaran mesin dan gesekan yang ditimbulkan poros atau transmisi. Kebisingan ini dapat dicegah dengan memberikan beberapa peredam dikaki-kaki mesin dan memberikan pelumas pada bagian gear transmisi.
2.      Ketentuan Fabrikasi
Pada ketentuan fabrikasi perlu mempertimbangkan hal-hal berikut ini:
a.       Pertimbangan Proses
Seorang engineer dalam membuat produk perlu mempertimbangkan kemampuan proses pembuatan produk itu sendiri. Engineer harus dapat memikirkan proses produksi/ manufaktur yang akan dilakukan oleh tenaga ahli manufaktur. Engineer perlu mempertimbangkan kemampuan proses mesin, kemampuan proses perakitan, dan kemampuan proses finishing. Pertimbangan proses ini akan menentukan biaya produksi yang akan dikeluarkan dalam menentukan harga suatu produk pada akhimya. Proses yang rumit dapat menggunakan bantuan mesin CNC atau berbasis PLC (Programmable Logic Controlled).
b.      Pertimbangan Material
Material merupakan bagian yang mendasar dalam menentukan kemampuan proses produksi, kualitas produk, maintenance produk, dan lain sebagainya. Kesalahan dalam pemilihan material dapat memberikan dampak yang besar terhadap kualitas produk.
c.       Pertimbangan Perakitan
Komponen-komponen yang telah didesain dengan sedemikian rupa tentunya juga dipertimbangkan bagaimana melakukan proses perakitan pada tiap komponen tersebut sehingga menjadi produk jadi yang rekat dan tepat, Pekerjaan perakitan akan menjadi hal yang rumit ketika komponen-komponen yang dibuat menyimpang dari desain yang ada.
d.      Pertimbangan Kemasan
Produk massal yang akan dijual di pasaran, perlu mempertimbangkan bentuk kemasan yang akan disajikan sebagai pembungkus produk. Kemasan produk dapat berupu plastik, kardus, karton, kayu, omament, kaca, dan Iain sebagainya. Fungsi dari kemasan ini digunakan untuk mempercantik tampilan produk sehingga mampu menarik minat konsumen untuk membeli produk tersebut.
e.       Pertimbangan Kuantitas
Pertimbangan kuantitas berfungsi untuk mempenimbangkan jumlah penggunaan material yang digunakan, banyaknyu alat/mesin yang digunakan, produk yang dihasilkan sesuai kapasitas mesin, kemampuan proses produksi dalam membuat komponen produk, jumlah operator/tenaga ahli yang digunakan, dan banyaknya jumlah komponen yang rusak/cacat.  Pertimbangan ini pada akhimya akan memberikan kapasitas produksi dalam pembuatan produk tersebut sehingga akan dihasilkan harga produk yang dapat ditawarkan ke konsumen.
f.       Pertimbangan Tanggal Penyerahan
Pertimbangan tanggal penyerahan bertujuan untuk menennlkan tanggal yang tepat terkait dengan manajemen waktu proses produksi. Tanggal penyerahan menjadi tanggal batas setiap tahapan pada desain. Dengan adanya tanggal penyerahan, segala proses perencanaan dapat berjalan sesuai jadwal.

3.      Standar-standar Penerimaan
Pada standar-standar penerimaan pelflu mempertimbangkan hal-hal berikut ini:
a.       lnspeksi
Kualitas dari suatu produk perlu diperhatikan dengan cemmt dan teliti. Setiap pekerjaan yang membutuhkan toleransi khusus pekerjaan harus dilakukan pengecekan. Kesesuaian ukuran serta bentuk memberikan produk yang dibuat dapat diterima sesuai dengan spesifikasi produk yang telah direncanakan.
b.      Pengujian
Pengujian terhadap material, alat, dan mesin sangat penting diperhatikan.Ini dilakukan untuk mencegah terjadi hal-hal yang dapat mengganggu, menghambat, serta dapat menimbulkan kecelakaan kerja yang merugikan konsumen. Produk yang akan diserah-terimakan sebaiknya dilakukan pengujian langsung di depan konsumen. Pengujian tersebut meliputi kehandu/an produk, keamanan, kecepatan, kemampuan terhadap beban, dan konsumsi energi yang dibutuhkan.
c.       Standar-standar
Konsumen yang cerdas akan memperhatikan kualitas dari setiap material dan fungsi kerju dari setiap komponen. Merekn akan mempertanyakan mengenai lisensi atau standar yang digunakan dalam setiap material dan fungsi setiap komponen. Standar yang digunakan meliputi: standar nasional. Standar intemasional, dan standar perusahaan.
d.      Paten
Kasus pembajakan atau klaim pengakuan diri atas desain produk scring banyak ditemukan. Hal ini dapat terjadi karcna perancang tidak mendaftarkan karya/desain produknya untuk dipatenkan dalam Haki (Hak Kekayaan lntelektual). Syarat utama pendaharan hak paten tersebut terhitung maksimal 30 hari setelah desain produk dikenal oleh publik. Paten tersebut berfungsi untuk menguatkan desain produknya agar tidak diklaim oleh paten lain.

4.      Penguraian
Pada ketentuan penguraian perlu mempertimbangkan hal-hal berikut ini:
a.       Standar
Penguraian produk baik alat atau mesin setidaknya perlu mempertimbangkan kemampuan untuk diuraikan/didaur-ulang pada material-material yang telah digunakan. Misalkan, material dari bahan baja tentunya akan mudah diuraikan kembali dengan cara dilebur pada suhu tenentu sehingga 'dapat membentuk material baru kembali. Jika material yang digunakan plastik, maka daur-ulang yang dapat digunakan dapat dilebur atau reuse (memanfaatkan kembali material dengan fimgsi kerja lain). Fungsi standar pada penguraian ini adalah menggunakan standarisasi penguraian sebagaimana diterapkan oleh setiap perusahaan, negara, atau intemasional,
b.      Peraturan
Penguraian suatu produk harus mempertimbangkan lingkungan sekitamya. Lingkungan yang tercemar akibat limbah yang dihasilkan dalam proses penguraian tersebut dapat memberikan kerusakan ekosistem lingkungan tersebut. Untuk itu, setiap daerah perlu diberlakukan peraturan yang tegas terhadap penguraian suatu produk yang dianggap tidak memenuhi spesifikasi produk, sehingga produsen bertanggung jawab terhadap produk-produk yang telah mereka publikasi.
c.       Kebijakan Perusahaan
Kebijakan perusahaan dalam menekan dampak negatif dari penguraian produk dapat memberikan surplus yang tinggi dalam hal pemasaran (markezing). Produk yang mampu diuraikan dengan baik dapat membantu perusahaan dalam mempromosikan produk yang akan dipasarkan.
d.      Bahaya
Potensi-potensi yang dapat menimbulkan bahaya pada produk perlu diuraikan dengan benar dengan cara diidentifikasi sejak dini sampai dampak yang akan ditimbulkan.

5.      Ketentuan-ketentuan Operasi
Pada ketentuan-ketentuan operasi perlu mempertimbangkan hal-hal berikut ini:
a.       lnstalasi
Produk yang dibuat dapat diinstalasi dengan mudah oleh konsumen dengan cara memberikan bantuan teknik dalam memperagakan produk dan memberikan informasi teknik melalui buku manual panduan (user manual guide).
b.      Penggunaan
Biaya operasional yang dikeluarkan ketika proses pembuatan menyebabkan perlu diminimalisir dengan tepat. Penekanan ini dapat mencegah terjadi pembengkakan biaya yang diakibatkan: pengoperasian mesin selama 24 jam/hari, jumlah operator yang ada konsumsi energi yang dibutuhkan, dan tingkat keterampilan operator. .lika biaya tersebut dapat dltekan, maka efisiensi harga yang akan ditawarkan menjadl rendah namun tetap memperhatikan fungsi dan kegunaan dari setiap komponen yang bekerja.
c.       Pemeliharaan
Suatu servis/ layanan yang baik adalah mampu memberikan garansi terhadap pemeliharaan dan penggantian suku cadang yang standar. Jika dibutuhkan perawatan yang rutin, maka produk yang dibuat dapat dibongkar-pasang dengan mudah
d.      Keamanan
Potensi-potensi yang dapat menimbulkan bahaya pada produk perlu diidentiiikasi sejak dini sehingga kecelakaan ke1ja_dari pemakaian alat/mesin tersebut dapat segera dicegah. Keamanan produk dapat merujuk pada banyak standar dan peraturan yang telah disepakati oleh banyak perusahaan.

D.    Langkah-Langkah Pembuatan Desain Produk
1.      Langkah-langkah di Bidang Teknik (Engineering Design)
a.       Fase I. Desain Konseptual
Fase I adalah fase awal dari seorang desainer ketika ingin mencari/mengembangkan permasalahan-permasalahan di lapangan serta menemukan alternatif-altematif sqlusi penyelesaian. Pahl & Beitz (1988) dalam Sugiyono (2015:417) menyatakan bahwa tujuan dari desain konsep adalah  memvariasi gegala konsep untuk diseleksi dan dieliminir berdasarkan kriteria- kriteria yang mendukung spesifikasi produk. Begitu pentingnya fase ini, maka dalam menentukan keputusan penyelesaian harus hati-hati dan fokus pada permasalahan agar tidak terjadi konflik/ ketegangan di kemudian hari.
Kegiatan dalam Fase I (Desain konseptual) ini dapat dilakukan dalam beberapa tahap:
1)      Recognition of a need (urgensi kebutuhan)
Masalah yang ada di lapangan adalah masalah yang sifatnyu urgen untuk segera diselesaikan. Desain yang baik adalah desain yang relevan dengan pengakuan dari masyarakat/pasar akan pentingnya solusi pada kebutuhan tersebut.
2)      Definition of the problem (mendefinisikan permasalahan)
Sebelum membuat produk yang akan dibuat, perancang hams berhati-hati dalam menentukan sebuah produk yang akan dirancang. Produk yang akan dibuat akan lebih efektif apabila mampu menjawab permasalahan yang dihadapi konsumen. Produk yang dibuat tidak harus produk yang baru, melainkan produk dari pengembangan produk yang telah ada dan dimodifikasi seefektif mungkin. Pengidentifikasikan  kebutuhan dapat dilakukan dengan mengumpulkan informasi dari konsumen melalui prasurvei ke lapangan, wawancara, penyebaran kuesioner, dan mengamati isu-isu yang berkembang pada saat itu.
3)      Gathering of the information (pengumpulan informasi)
Langkah berikut dalam desain konseptual adalah mengumpulkan informasi yang terkait dengan tantangan dalam penyusunan rancangan produk tersebut. Sumber-sumber informasi pendukung harus dikelola dengan baik dengan cara dikategorisasikan, dikontekstualisasikan, ditata yang rapi, dan disimpan yang baik. Sumber-sumber informasi tersebut sangat berguna dalam mengembangkan langkah-langkah dalam mendesain selanjutnya. Sumber-sumber informasi yang dapat sebagai referensi penyusunan desain meliputi: intemet, jurnal penelitian, anikel, katalog alat/mesin, dan kajian literatur dari berbagai pustaka yang terkait.
Pengumpulan informasi digunakan untuk memberikan-memberikan pertimbangan-pertimbangan dalam mendesain. Pertimbangan-pertimbangan tersebut meliputi pertimbangan teknik, tampilan, kehandalan, ergonomi, kualitas, ekonomi, proses pembuatan, instalasi, dan keamanan. Hasil dari pertimbangan-pertimbangan tersebut akan menghasilkan PDS (Product Design Specyication) yang selanjutnya digunakan sebagai informasi yang akan dituju oleh perancang.
4)      Developing of a concept design (mengembangkan konsep desain)
Pengembangan konsep melibatkan proses berpikir kreatif yang tinggi. Perlu adanya pola berpikir yang divergen (meluas) dan lateral dalam mengembangkan berbagai konsep desain. Kreativitas digunakan untuk menentukan ide-ide yang tepat dalam menentukan konsep yang cocok dengan produk yang akan dibuat. Dieter & Schmidt (2009) dalam Sugiyono (2015:418) menyarankan bahwa dalam berpikir kreatif dapat dilakukan dalam 6 langkah yaitu: 1) mengembangkan karakter yang kreatif; 2) tidak membatasi imajinasi; 3) gigih dalam bekerja 4) membuka lebar pikiran; 5) menunda keputusan 6) menetapkan batasan masalah.
5)      Choosing between competing concept (memilih dan mengevaluasi konsep)
Desainer yang handal adalah seseorang yang mampu melihat berbagai macam solusi sebagai masalah dalam mendesain. Setiap komponen yang ditawarkan menlpakan alternatif solusi yang harus dianalisis secara mendalam dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria yang ada. Langkah konseptual desain selanjutnya adalah memutuskan (decision making) dari sekian variasi konsep yang telah ditawarkan. Keeney (1992) dalam Sugiyono (2015:421) berpendapat “Making a decision is a stressjll situation for most people because there is no way to be certain about the information about the past or the predictions of the ruture“. Ini artinya sebuah keputusan akan menimbulkan situasi yang menegangkan karena menyangkut pada masa yang akan datang apakah konsep desain yang dipilih mampu bertahan dalam waktu yang lama. Jika dikaitkan dalam desain, maka dalam menentukan keputusan perancang perlu mempertimbangkan beberapa aspek seperti feasibilitas, efektifitas, efisienitas, dan biaya produksi. Ini bertujuan agar hasil desain dapat dirancang sesuai dengan kemampuan perancang.
Langkah evaluasi dari penentuan konsep desain perlu diperhatikan. Langkah tersebut meliputi:
a)      penentuan kriteria desain,
b)      penyaringan/penyeleksian kriteria,
c)      penyusunan tabel diagram Pugh, dan
d)     analisis biaya produksi.
Proses evaluasi ini dilakukan karena perancang akan memilih terbaik dari yang terbaik dari altematif-altematif komponen yang telah ditentukan.

b.      Fase II. Desain Perwujudan (Embodiment Design)
Proses desain akan dilanjutkan pada langkah perwujudan desain. Perwujudan ini merupakan langkah perancang untuk mulai menggambar wujud komponen~komponen yang ingin dibuat. Hurst (2006) dalam Sugiyono (2015:425) menjelaskan bahwa “proses perwujudan desain dapat menjembatani antara tahap konseptual desain dengan tahap desain detail”. Fase ini merupakan penyempurnaan dari konsep detail yang telah dievaluasi. Perwujudan desain merupakan langkah sintesis dan korcksi alas pilihan-pilihan konsep dan pelengkap yang ada. Prinsip-prinsip tersebut melihatkan optimisasi, penyederhanaan, penentuan skala, estetika, ergonomi, sintesis (perpaduan), dan iterasi.  
Dalam membuat wujud desain, Dieter & Schmidt (2009) dalam Sugiyono (2015:425) membagi 3 langkah besar yaitu  sebagai berikut:
1)      Product Architecture (Merancang Konstruksi Produk)
Komponen/elemen yung akan dibuat clikclompokkan bcrdasarkan masing-musing fungsinya. Dalam langkah ini peruncang mului menyusun gambar sketsa berdasarkan konsep-konsep desain yung telah di pilih.
Dalam menyusun sketsa, perlu dipertimbangkan pada bentuk dan fungsi dari benda yang akan digambar. Elemen yang akan digambar apakah berada dalam posisi yang pennanen, atau dapat dipindahkan, atau membutuhkan proses maintenance yang rutin, dan pertimbangan lainnya. Artinya, bentuk yang disusun dalam sketsa dapat Iogis serta dapat memprediksi kemungkinan- kemungkinan kesalahan yang akan terjadi mendatang.
2)      Configurations Design (Desain Wujud)
Pengembangan lebih lanjut atas gambar sketsa kemudian diwujudkan dengan pemberian dimensi secara umum dari setiap komponen. Penting untuk diperhatikan bagi perancang mengenai bentuk dan dimensi yang diberikan karena ini menyangkut pada kemampuan manufaktur baik diproduksi dengan bantuan alat atau mesin. Karakteristik dari setiap komponen juga diperhatikan, apakah bentuk geometris komponen tersebut membutuhkan lubang, slot, alur, dudukan. dan lain sebagainya. Hal ini penting diketahui perancang karena ia harus mempertimbangkan bagaimana elemen- elemen tersebut dapat dirakit dengan tepat dan tidak terjadi kesalahan baik kekurangan atau kelebihan ukuran.
Dalam mewujudkan tampilan desain yang baik maka diperlukan strategi dalam melakukan hal tersebut. Pahl & Beitz (1988) dalam Sugiyono (2015:426)  menyebutkan terdapat 4 dasar untuk mevvujudkan desain yang tepat antara lain sebagai berikut:
a)      Clarity of functions (kejelasan fungsi), artinya tampilan desain produk yang akan diwujudkan harus menghindari dengan namanya ambiguitas. Ambiguitas tersebut dapat memberikan ketidak-eflsienan dalam memakan biaya, energi, tenaga, material, dan sebagainya yang menyebabkan ketidak- bermanfaatan atas desain yang dibuat.
b)      Simplicity (kesederhanaan), artinya desain yang dibuat adalah desain yang tidak terlalu komplek tetapi setiap orang mudah memahami desain yang kita buat. Kecermatan dalam membuat sketsa bentuk yang tidak terlalu kompleks dan kemampuan dalam manufaktur dan perakitan.
c)      Safety (keamanan), artinya komponen yang didesain dijamin keamanannya baik dari fimgsi, kinerja, serta dampak yang dimungkinkan terjadi di kemudian hari. Komponen-komponen yang berputar, translasi, dan berpelumas wajib dijauhkan atau ditutup sehingga tidak membahayakan pengguna alat/mesin.
d)     Minimal impact on the environment (meminimalisir dampak yang terjadi), artinya desain yang dibuat harus mempertimbangkan terhadap dampak yang tezjadi atas pemilihan secara teknis benda yang dipilih. Dalam bagian ini, perancang perlu mempertimbangkan tentang keteknikan terkait bahan/material, gaya yang bekerja, stabilitas. faktor keamanan, dan lain sebagainya sehingga dapat menentukan besar dimensi dari suatu komponen tersebut. Langkah yang efektif adalah menganalisis dimensi minimal yang harus digunakan pada komponen sehingga akan diketahui bentuk ideal komponen yang didesain. Ini bukan masalah Trial & Error, tetapi masalah ketepatan dan keefisienan dalam menentukan dimensi.

3)      Parametric Design (Desain Parametrik)
Tahap arsitektural dan konflgurasi desain merupakan tahap bagaimana menentukan komponen yang tepat baik dilihat bentuk, dimensi, material, kemampuan manufaktur, dan lain sebagainya sehingga menghasilkan satu komponen yang terbaik berdasarkan penyaringan-penyaringan dalam tahap-tahap sebelumnya. Hasil akhir dari proses ini adalah berupa dimensi yang ideal dengan beban atau gaya yang diterima atau dikeluarkan untuk memenuhi PDS yang telah dirancang.
Desain parametris melibatkan pada penalaran baik secara kuantitatif maupun kualitatif dalam menganalisis flsik material dan kesesuaian dengan kemampuan manufaktur yang ada. Hasil yang didapatkan berupa komponen yang mempertimbangkan toleransi serta kemampuan manufaktur. Dieter & Schmidt (2009) dalam Sugiyono (2015:427) menyampaikan bahwa “Dimensions and tolerances were set tentatively,...   Penentuan ukuran dan toleransi bersifat tentatif dan disesuaikan berdasarkan analisis perhitungan, keberadaan material dan kemampuan dari setiap alat/mesin dalam memproduksi.

c.       Fase III. Desain Detail
Fase III desain detail adalah fase terakhir dalam proses desain. Pada fase ini, akan dihasilkan gambar kerja yang Iengkap dengan dimensi serta toleransinya, bahkan harga dari tiap material dan proses pembuatannya juga akan dihasilkan pada thse ini. Pentingnya fase ini karena pekerjaan ini akan dilanjutkan pada bagian produksi/manufaktur untuk diwujudkan dalam bentuk produk nyata. Komunikasi yang tersampaikan melalui visual :gambar kerja harus terinformasi dengan jelas. Oleh karena itu perlu hati-hati dalam menentukan ukuran, jenis pekerjaan, material yang dibutuhkan, jenis perakitan, dan lain sebagainya. Detail desain yang brilian adalah detail pekerjaan yang mampu dikerjakan serta dapat menekan biaya produksi pada proses pengembangan produk.
Pada fase ini menekunkan pada pelengkapan data-data baik ukuran, bentuk, dan biaya pembuatan produk (bill of materials). Bill of materials (BOM) digunakan untuk merencanakan pengeluaran yang dibutuhkan ketika proses manufaktur berlangsung.
Dalam membuat gambar kerja, perlu diperhatikan dahulu, apakah produk yang dirancang merupakan produk baru atau produk pengembangan. Jika produk baru maka, setiap komponen yang akan dibuat dalam gambar kerja harus sedetail mungkin sehinggu dalam proses pembuatan tidak mengalami kendala dalam membuatnya. Jika produk tersebut merupakan produk pengembangan, maka perlu dicermati mengenai ukuran dan bentuk, karena dalam pengembangan biasanya yang membedakan adalah bentuk dan ukuran.

2.      Langkah-langkah Perencanaan Produk Nonteknik
Langkuh-langkah perencanaan desain produk yang bukan teknik. misalnya di bidang manujemen. pcndidikzm dan sosial tentu tidak serumit contoh di atas. Dalam hal ini Borg and Gall (2003) dalam Sugiyono (2015:445) menyatakan “once the development has completed a literature review and collection of other perlinent information, the next step is to make a paln of the product”. Bila pengembangan telah membaca literatur dan mengumpulkan informasi secara lengkap, maka langkah selanjutnya adalah merancang suatu produk. Berdasarkan hal tersebut, maka langkah-langkah dalam perencanaan desain produk sangat singkat, yaitu mengumpulkan informasi, membaca literatur dan merancang produk. Selanjutnya Richey and Klein (2009) dalam Sugiyono (2015:446)  menyatakan “Identyfving a research problem and related questions is the first step in planning any empirical study”. Dalam penelitian empiris, mengidentifikasi permasalahan penelitian yang terkait dengan pertanyaan penelitian, merupakan langkah awal dalam melaksanakan perencanaan.
Berdasarkan hal tersebut, maka langkah-langkah dalam pembuatan produk bukan teknik (bukan engineering design) ditunjukkan seperti gambar 3.
Berdasarkan gambar 3 tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Seperti telah dikemukakan bahwa, untuk mengembangkan desain produk dapat berangkat dari potensi atau masalah. Bila suatu sekolah atau institusi lain, punya potensi, maka potensi tersebut dapat dikembangkan menjadi sesuatu yang mempunyai nilai tambah.

Gambar 3. Langkah-langkah Pembuatan Rancangan/Desain Produk

Setelah permasalahan dan potensi dapat diketahui, maka peneliti melakukan studi literatur. Dengan studi literatur dari berbagai Sumber buku, jurnal, internet, maka akan dapat diperoleh berbagai teori yang dapat digunakan untuk merancang suatu produk. Dengan berbekal teori-teori yang relevan dengan potensi dan masalah, maka peneliti melakukan penelitian untuk memperoleh data yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam merancang suatu produk.
Dengan studi literatur dan penelitian (studi lapangan), maka peneliti akan menetapkan apakah tujuan produk yang akan dikembangkan/dibuat. Tujuan produk pembelajaran misalnya, untuk meningkatkan kreativitas siswa. Dengan tujuanv tersebut, maka peneliti akan mengembangkan ide untuk mengembangkan suatu produk. Ide produk baru dapat berasal dari berbagai macam sumber, seperti referensi, pengalaman, kompetitor, tenaga kerja/guru/kepala sekolah /pengawas dan karyawan lainnya pada dari suatu institusi. Salah saru Sumber ide paling potensial berasal dari pelanggan yang merefleksikan masalah mereka terhadap produk yang ada sekarang. Sumber-sumber ide kreatif yang dipertimbangkan secara umum membutuhkan sebuah pendekatan formal untuk menentukan produk baru alternatii Elemen kritis pada proses pembangkitan ide-ide adalah pengembangan konsep produk baru, salah satu diantaranya adalah menjelaskan tentang analisis struktur keuntungan dari produk baru.
Dalam pengembangan ide terhadap suatu model misalnya, peneliti merenungkan ide-idenya dalam berbagai diagram alir dengan berpikir sistem. Sistem adalah keseluruhan yang terdiri atas komponen-komponen yang bekerja secara terpisah dan terpadu untuk mencapai tujuan. Ciri khas sistem adalah adanya input, proses, dan output. Dengan demikian draf suatu model yang berpikir sistem adalah bahwa, model tersebut berisi input, proses dan output, yang masing-masing terdiri atas komponen-komponen yang terpisah tetapi bekerja secara terpadu untuk mencapai tujuan.
Berbagai ide yang telah terumuskan dalam berbagai draf model tersebut, selanjutnya dilakukan penyaringan. Pada tahgp penyaringan ide dilakukan melalui proses eliminasi terhadap ide-ide yang terkumpul dengan berbagai pertimbangan untuk memilih sejumlah ide terbaik dan konsisten dengan tujuan pengembangan produk sekamng. Dengan demikian diharapkan ide-ide produk baru yang terpilih dapat sukses digunakan oleh masyarakat luas, di pasar dan dapat mencapai tujuan dan sasaran. Pertimbangan untuk penyaringan adalah, efektivitas model, eflsiensi model, kepraktisan model dan performan model. Seperti telah dikemukakan bahwa, efektivitas terkait dengan dcrajat pencapaian tujuan. Dari berbagai ide model yang dikembangkan, model mana yang dipandang paling efektif. Pertimbangan lain adalah efisiensi. Efisiensi terutama terkait dengan penggunaan dana dan waktu. Dari berbagai ide tersebut perlu dianalisis, manakah yang paling murah biaya dan memerlukan waktu yang singkat untuk mencapai tujuan. Pertimbangan lain adalah kepraktisan menggunakan produk/model, yang berarti produk tersebut dapat digunakan dengan mudah oleh yang berkepentingan. Performa/penampilan produk yang merupakan suatu pertnnbangan dalam melakukan penyaringan. Dia antara ide-ide rancangan produk tersebut perlu dipilih mana yang performanya paling baik, tetapi yang efektif, efisien dan praktis. Pemilihan dapat dilakukan sendiri atau dengan tim yang kompeten.
Setelah ide terhadap ranqangan produk terpilih, maka rancangan tersebut dievaluasi kembali. Evaluasi dapat melibatkan praktisi dan tenaga ahli. Evaluasi dilakukan terhadap konstruk secara keseluruhan dalam satu sistem/model dan evaluasi terhadap komponen-komponen yang ada' dalam sistem tersebut. Evaluasi menggunakan instmmen yang juga didasarkan pada aspek efektivitas, efisiensi, kepraktisan dan performa suatu sistem atau model. Evaluasi ini juga dapat dinyatakan sebagai uji intemal terhadap suatu rancangan produk. Evaluasi digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menyempumakan rancangan produk.
Bila evaluasi terhadap rancangan model dari berbagai praktisi dan pakar sudah dinyatakan sangat baik atau baik, maka langkah selanjutnya adalah evaluasi terhadap pertimbangan konsumen yang akan menggunakan produk tersebut. Siapa saja dan seberapa banyak produk tersebut akan digunakan. Evaluasi menggunakan instrumen yang diedarkan kepada calon pengguna. Bila penimbangan konsumen terhadap produk tersebut telah meyakinkan, maka rancangan produk sudah jadi, dan siap diujicoba lapangan.














BAB III
PENUTUP

Dalam era global, era persaingan bebas saat ini, produk yang dibutuhkan masyarakat adalah, produk yang performannya bagus, baik dari segi bentuk maupun visualisasinya (pandangan mata); efektif (kualitas relatif tinggi, tidak cepat rusak), efisien (murah harganya), praktis (ergonomis, mudah dan enak digunakan). Supaya produk yang digunakan memenuhi spesiflkasi tersebut, maka perlu direncanakan dengan baik. Hasil perencanaan akan menjadi desain suatu produk.
Produk adalah segala sesuatu yang dibuat atau dikembangkan untuk dijual atau digunakan/dipakai. Perancangan produk adalah suatu proses untuk membuat produk baru yang akan dijual oleh pelaku bisnis kepada pembeli. Pertimbangan utama dari perencanaan produk baru adalah efektivitas dan efisiensi. Efektivitas, berati produk tersebut kalau digunakan dapat mencapai tujuan pada gradasi yang tinggi. Suatu produk dinyatakan sebagai efisien, bila produk tersebut dibuat dengan biaya yang murah, waktu yang singkat, dan suasana yang menyenangkan bagi yang membuat.



RUJUKAN

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian dan Pengembangan. Bandung: Alfabeta