BAB I
PENDAHULUAN
Metode
penelitian dan pengembangan, adalah merupakan metode penclitian yang digunakan
untuk meneliti dalam upaya mengembangkan produk yang telah ada (inovasi) maupun
untuk menciptakan produk baru (kreasi) yang temji. Richey dan Klein (2009) dalam
Sugiyono (2015:395) mengemukakan bahwa pcnelitian dan pengembangan bertujuan
untuk mengembangkan product, tool, and
model. Produk yang dikembangkan misalnya mobil, alat yang dikembangkan
misalnya alat untuk mengukur tekanan ban. Model yang dikembangkan misalnya
model kelistrikan mobil.
Menurut
Borg and Gall (2005) perencanaan (planning)
Sugiyono (2015:395) produk itu merupakan langkah ke 2 dalam proses penelitian
dan pengembangan setelah peneliti melakukan Research
and information collecting, yang meliputi analisis kebutuhan, review literatur,
penelitian dalam skala kecil, dan persiapan membuat laporan yang terkini.
Banghart
dan Trull (1973) Sugiyono (2015:395) menyatakan bahwa perencanaan adalah “preparing to do” is call planning, and “communicating what is
to be done” is call plan. Menyiapkan
apa yang harus dikerjakan dinamakan
perencanaan dan mengkomunikasikan apa yang
hams dikerjakan clinamakan rencana. Selanjutnya dinyatakan bahwa “The meaning of planning
involves several component process, such as the objective to be attained; an
egicient procedure for attaining them; the appropriate allocation of the resources
required to attain the objective; and a conception of the proper form to
achieve the objective”. Perencanaan terdiri atas proses beberapa komponen
seperti adanya tujuan yang harus dicapai, adanya prosedur yang efisien untuk
mencapai, adanya sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan, dan adanya konsep
yang jelas untuk mencapai tujuan.
Metode
penelitian dan pengembangan telah banyak digunakan pada bidang-bidang Ilmu Alam
dan Teknik. Hampir semua produk teknologi, seperti alat-alat elektronik,
kendaraan bermotor, pesawat terbang, kapal laut, senjata, obat-obatan,
alat-alat kedokteran, bangunan gedung bertingkat dan alat-alat rumah tangga
yang modem diproduk dan dikembangkan melalui penelitian dan pengembangan. Namun
demikian metode penelitian dan pengembangan bisa juga digunakan dalam bidang
ilmu-ilmu sosial seperti psikologi, sosiologi, pendidikan, manajemen, dan lain-lain.
Produk dalam bidang manajemen, sosial dan pendidikan antara lain adalah:
peraturan perundang-undangan, kebijakan, sistem kelja, kurikulum, media
pembelajaran, program, buku ajar, model perencanaan, model kepemimpinan, model
organisasi, model kepemimpinan, model pengawasan dan pengendalian, model pembelajaran,
model penjualan, model pemasaran, model interaksi sosial yang produktii model
penanganan kenakalan remaja, dan lain-lain.
Dalam
era global, era persaingan bebas saat ini, produk yang dibutuhkan masyarakat
adalah, produk yang performannya bagus, baik dari segi bentuk maupun
visualisasinya (pandangan mata); efektif (kualitas relatif tinggi, tidak cepat
rusak), efisien (murah harganya), praktis (ergonomis, mudah dan enak digunakan).
Supaya produk yang digunakan memenuhi spesiflkasi tersebut, maka perlu
direncanakan dengan baik. Hasil perencanaan akan menjadi desain suatu produk.
Pada
makalah ini dikemukakan beberapa hal
sebagai berikut:
A. Desain
dan Perencanaan Produk
B. Tipe
Desain
C. Spesifikasi
Desain
D. Langkah-langkah
Pembuatan Desain Produk
Diharapkan
dengan pamaparan makalah ini kita bisa memahami perencanaan produk pada
penelitian dan pengembangan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Desain
dan Perencanaan Produk
Produk
adalah segala sesuatu yang dibuat atau dikembangkan untuk dijual atau
digunakan/dipakai. Produk-produk teknologi baik alat, obat, makanan biasanya
dibuat untuk dijual, sedangkan produk seperti kurikulum, model~model pembelajaran
jarang dijual tetapi untuk dipakai. Perancangan produk adalah suatu proses
untuk membuat produk baru yang akan dijual oleh pelaku bisnis kepada pembeli.
Pertimbangan utama dari perencanaan produk baru adalah efektivitas dan
efisiensi. Efektivitas, berati produk tersebut kalau digunakan dapat mencapai
tujuan pada gradasi yang tinggi. Suatu produk dinyatakan sebagai efisien, bila
produk tersebut dibuat dengan biaya yang murah, waktu yang singkat, dan suasana
yang menyenangkan bagi yang membuat. Melalui perencanaan produk, maka akan
dapat diantisipasi kebutuhan material/bahan, tenaga yang professional dibutuhkan
untuk mengerjakan, serta rencana pengujian lapangan.
Aspek
yang terpenting dalam perencanaan adalah pemyataan tentang tujuan yang akan
dicapai, dan estimasi biaya, tenaga yang akan mengerjakan dan waktu yang
digunakan untuk mengerjakan produk. Selanjutnya dinyatakan bahwa, suatu desain
memerlukan empat (4) C, yaitu: Creativity,
Complexity, Choice, Compromise. Creativity
adalah: requires creation of something 's that has not existed before or has
not existed in the designer 's mind before. Complexity adalah: requires
decision on many variables and parameter. Choice adalah: requires making choice between many possible
solutions at all levels, from basic concept to smallest detail of shape.
Compromise adalah: requires balancing
multiple and sometimes conflicting requirement.
B.
Tipe
Desain
Dieter dan Schmidt (2009) dalam
Sugiyono (2015:399) mengemukakan lima tipe rancangan produk yang dapat
digambarkan seperti gambar 1 berikut:
Gambar 1: Tipe-tipe
Desain Produk
1.
Original
Design
Desain
ini sering disebut sebagai desain yang inovatif (innovative design). Desain ini merupakan desain yang nilainya
paling tinggi, karena merupakan desain yang baru, dan original. Desain dikatakan
baru karena sebelumnya belum pemah ada, dan original karena belum pernah ada
orang lain yang mengemukakan. Walaupun diakui, kalau desain ini dibuat beluna
tentu sukses.
2.
Adaptive
Design
Desain
ini dikembangkan dari desain sejenis yang terdahulu yang dinilai telah
memuaskan, Sebagai contoh mengembangkan printer dari inkjet menjadi printer
laser.
3.
Redesign
Dikatakan
redesain berarti mengulangi desain yang telah ada dengan sedikit penyempumaan. Kebanyakan
desain dibuat adalah memperbaiki desain yang telah ada (to improve an existing design), Jadi dalam hal ini tidak terjadi
perubahan yang prinsip, termasuk dalam proses produksinya.
4.
Selection
Design
Hampir
semua desain menggunakan komponen yang standar. Sebagai contoh komponen suatu
mobil menggunakan komponen yang standar yang disuplai dari pabrik dengan merk
tertentu. Namun demikian, dalam hal ini pembuat desain akan memilih (menyeleksi)
komponen yang memiliki lcualitas tinggi dengan harga yang relatif murah,
5.
Industrial
Design
Bentuk
desain ini adalah merupakan pengembangan produk yang ada pada aspek visualnya,
sehingga desain ini lebih artistik, dan diperhatikan konsumen. Sebagai contoh
produk mobil atau motor saat ini dicai dengan kualitas dan wama-warna yang
lebih menarik konsumen.
Dalam
bidang pendidikan Borg and Gall (2003) dalam Sugiyono (400:2015) mengemukakan
bahwa, beberapa kriteria yang perlu dipahami dalam memilih produk untuk
dikembangkan, dapat diketahui dengan menjawab beberapa pertanyaan sebagai
berikut.
a. Does the proposed
product meet an important educational need?.
Apakah tujuan produk sesuai dengan kebutuhan dalam pendidikan?
b. Is the state of the art
sujyiciently advanced that there is a reasonable probabiliqy that a successful
product can be built? Apakah rancangan
produk merupakan produk yang terbaru yang hebat, sehingga secara rasional kalau
dibuat menjadi produk yang sukses.
c. Are personal available
who have the skills, knowledge, and experience necessary to build this
product?. Apakah ada tenaga yang memiliki
pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang akan membuat produk?
d. Can the product be
developed within a reasonable period of time?.
Apakah produk dapat dibuat dalam waktu yang rasional?
C.
Spesifikasi
Desain
Spesifikasi
produk adalah “detail deseription of how
something to be done”. Spesifikasi produk adalah deskripsi yang detail
tentang bagaimana sesuatu dibuat. Sumber lain menyatakan bahwa, spesifikasi
produk adalah “a statement preseribing
materials, dimensions, and quality of work for something to be built,
installed, or manufactured”. Pernyataan tentang bahan yang digunakan untuk membuat
produk, dimensi (ukuran) produk, dan kualitas kerja dari produk yang akan
dibangun, instalasi atau dibuat.
Gambar
2. Komponen dalam Spesifikasi Desain Produk
1.
Ketentuan
Performa
Pada
ketentuan perfofma perlu mempertimbangkan hal-hal berikut ini:
a. Pertimbangan
Kefungsian
Pertimbangan
kefungsian digunakan uniuk mcnentukan fungsi dari produk tersebut dirancang.
Fungsi yang ada di dalam rancangan produk harus dapat memecahkan permagalahan- permasalahan
yang telah dirumuskan dalam tujuan perancangan. Pertimbangan fungsi ini dapat
dibagi menjadi dua fungsi yaitu fungsi primer (fungsi utama produk), dan fungi sekunder
(fungsi lain produk).
b. Pertimbangan
Penampilan
Penampilan
produk yang baik dapat memberikan kesan yang menarik kcpada para kostumer ketika
akan melihat fisik produk secara visual Iangsung. Penampilan produk harus
didesain futuristik dan elegan. Ini artinya desain tampilan produk disesuaikan
dengan kebutuhan pasar saat ini maupun yang akan datang. Pemilihan warna yang tepat
pada mesin dapat mcningkatkan keindahan dalam produk
c. Pertimbangan
Kehandalan
Kehandalan
ini biasanya dinyatakan dalam ketahanan produksi dalam tiap waktu. Ketangguhan
yang dihasilkan ini bisa berasal iiari kemampuan setiap komponen yang bekerja,
berputar, translasi, bergerak, dan diam ketika dikenai bcban/gaya yang bekerja.
Kehandalan produk yang dibuat dapat juga dilihat dari kualitas material dan pengerjaannya.
d. Pertimbangan
Kondisi Lingkungan
Pertimbangan
kondisi lingkungan artinya produk yang dibuat mampu bertahan pada kondisi
lingkungan yang beragam baik pada kelembapan, tekanan, zat kimia, air, magnet,
dan lain sebagainya.
e. Pertimbangan
Biaya Produksi
Pertimbangan
biaya merupakan bagian yang perlu diperhatikan ketika merencanakan sebuah
produk. Engineer harus mampu memperhitungkan biaya yang dikeluarkan ketika
memberikan beberapa altematif proses produksi. Proses produksi yang dipilih
ketika membuat setiap komponen dalam produk harus disesuaikan dengan jumlah
alat atau mesin yang mampu memproduksi tiap komponen tersebut.
f. Pertimbangan
Ergonomi (Faktor Manusia)
Penampilan
produk yang baik harus memiliki bentuk yang ergonomis. Ergonomis artinya
mendesain tampilan produk dengan pantas dan tidak terlalu banyak moditikasi
bentuk tampilan yang tidak bermakna. Bentuk dan ukuran produk yang dibuat
disesuaikan dengan kondisi pengguna produk pada umumnya, sehingga memudahkan
konsumen dalam menggunakan produk tersebut.
g. Pertimbangan
Kualitas
Kualitas
yang dipertimbangkan pada perancangan ini adalah produk/output yang dihasilkan
pada alat/mesin yang telah didesain. Kualitas produk dapat diketahui dengan
berbagui macam analisis perhitungan secara komplek dan uji coba alat/mesin
sampai ditemukan hasil kualitas yang diinginkan konsumen.
h. Pertimbangan
Beban
Dalam
membuat produk alat/mesin perlu memperhatikan pemilihan material, dimensi
produk, dan banyaknya jumlah komponen yang digunakan. Hal ini dapat berpengaruh
pada beban-beban yang bekerja pada produk itu sendiri atau dapat disebut juga
sebagai beban primer. Beban lain juga dapat ditimbulkan pada produk ini yaitu
beban konsekuensional.
i.
Pertimbangan Kebisingan
Mesin
yang berputar tentunya tidak luput dari kebisingan. Kebisingan ini ditimbulkan karena
adanya putaran mesin dan gesekan yang ditimbulkan poros atau transmisi.
Kebisingan ini dapat dicegah dengan memberikan beberapa peredam dikaki-kaki
mesin dan memberikan pelumas pada bagian gear transmisi.
2.
Ketentuan
Fabrikasi
Pada
ketentuan fabrikasi perlu mempertimbangkan hal-hal berikut ini:
a. Pertimbangan
Proses
Seorang
engineer dalam membuat produk perlu mempertimbangkan kemampuan proses pembuatan
produk itu sendiri. Engineer harus dapat memikirkan proses produksi/ manufaktur
yang akan dilakukan oleh tenaga ahli manufaktur. Engineer perlu mempertimbangkan
kemampuan proses mesin, kemampuan proses perakitan, dan kemampuan proses finishing. Pertimbangan proses ini akan
menentukan biaya produksi yang akan dikeluarkan dalam menentukan harga suatu
produk pada akhimya. Proses yang rumit dapat menggunakan bantuan mesin CNC atau
berbasis PLC (Programmable Logic
Controlled).
b. Pertimbangan
Material
Material
merupakan bagian yang mendasar dalam menentukan kemampuan proses produksi,
kualitas produk, maintenance produk, dan lain sebagainya. Kesalahan dalam
pemilihan material dapat memberikan dampak yang besar terhadap kualitas produk.
c. Pertimbangan
Perakitan
Komponen-komponen
yang telah didesain dengan sedemikian rupa tentunya juga dipertimbangkan
bagaimana melakukan proses perakitan pada tiap komponen tersebut sehingga
menjadi produk jadi yang rekat dan tepat, Pekerjaan perakitan akan menjadi hal
yang rumit ketika komponen-komponen yang dibuat menyimpang dari desain yang
ada.
d. Pertimbangan
Kemasan
Produk
massal yang akan dijual di pasaran, perlu mempertimbangkan bentuk kemasan yang
akan disajikan sebagai pembungkus produk. Kemasan produk dapat berupu plastik,
kardus, karton, kayu, omament, kaca, dan Iain sebagainya. Fungsi dari kemasan ini
digunakan untuk mempercantik tampilan produk sehingga mampu menarik minat konsumen
untuk membeli produk tersebut.
e. Pertimbangan
Kuantitas
Pertimbangan
kuantitas berfungsi untuk mempenimbangkan jumlah penggunaan material yang
digunakan, banyaknyu alat/mesin yang digunakan, produk yang dihasilkan sesuai kapasitas
mesin, kemampuan proses produksi dalam membuat komponen produk, jumlah
operator/tenaga ahli yang digunakan, dan banyaknya jumlah komponen yang
rusak/cacat. Pertimbangan ini pada
akhimya akan memberikan kapasitas produksi dalam pembuatan produk tersebut
sehingga akan dihasilkan harga produk yang dapat ditawarkan ke konsumen.
f. Pertimbangan
Tanggal Penyerahan
Pertimbangan
tanggal penyerahan bertujuan untuk menennlkan tanggal yang tepat terkait dengan
manajemen waktu proses produksi. Tanggal penyerahan menjadi tanggal batas
setiap tahapan pada desain. Dengan adanya tanggal penyerahan, segala proses
perencanaan dapat berjalan sesuai jadwal.
3.
Standar-standar
Penerimaan
Pada
standar-standar penerimaan pelflu mempertimbangkan hal-hal berikut ini:
a. lnspeksi
Kualitas
dari suatu produk perlu diperhatikan dengan cemmt dan teliti. Setiap pekerjaan
yang membutuhkan toleransi khusus pekerjaan harus dilakukan pengecekan.
Kesesuaian ukuran serta bentuk memberikan produk yang dibuat dapat diterima sesuai
dengan spesifikasi produk yang telah direncanakan.
b. Pengujian
Pengujian
terhadap material, alat, dan mesin sangat penting diperhatikan.Ini dilakukan
untuk mencegah terjadi hal-hal yang dapat mengganggu, menghambat, serta dapat
menimbulkan kecelakaan kerja yang merugikan konsumen. Produk yang akan diserah-terimakan
sebaiknya dilakukan pengujian langsung di depan konsumen. Pengujian tersebut
meliputi kehandu/an produk, keamanan, kecepatan, kemampuan terhadap beban, dan konsumsi
energi yang dibutuhkan.
c. Standar-standar
Konsumen
yang cerdas akan memperhatikan kualitas dari setiap material dan fungsi kerju
dari setiap komponen. Merekn akan mempertanyakan mengenai lisensi atau standar
yang digunakan dalam setiap material dan fungsi setiap komponen. Standar yang
digunakan meliputi: standar nasional. Standar intemasional, dan standar
perusahaan.
d. Paten
Kasus
pembajakan atau klaim pengakuan diri atas desain produk scring banyak ditemukan.
Hal ini dapat terjadi karcna perancang tidak mendaftarkan karya/desain
produknya untuk dipatenkan dalam Haki (Hak Kekayaan lntelektual). Syarat utama
pendaharan hak paten tersebut terhitung maksimal 30 hari setelah desain produk
dikenal oleh publik. Paten tersebut berfungsi untuk menguatkan desain produknya
agar tidak diklaim oleh paten lain.
4.
Penguraian
Pada
ketentuan penguraian perlu mempertimbangkan hal-hal berikut ini:
a. Standar
Penguraian
produk baik alat atau mesin setidaknya perlu mempertimbangkan kemampuan untuk
diuraikan/didaur-ulang pada material-material yang telah digunakan. Misalkan,
material dari bahan baja tentunya akan mudah diuraikan kembali dengan cara
dilebur pada suhu tenentu sehingga 'dapat membentuk material baru kembali. Jika
material yang digunakan plastik, maka daur-ulang yang dapat digunakan dapat
dilebur atau reuse (memanfaatkan kembali material dengan fimgsi kerja lain). Fungsi
standar pada penguraian ini adalah menggunakan standarisasi penguraian
sebagaimana diterapkan oleh setiap perusahaan, negara, atau intemasional,
b. Peraturan
Penguraian
suatu produk harus mempertimbangkan lingkungan sekitamya. Lingkungan yang
tercemar akibat limbah yang dihasilkan dalam proses penguraian tersebut dapat
memberikan kerusakan ekosistem lingkungan tersebut. Untuk itu, setiap daerah
perlu diberlakukan peraturan yang tegas terhadap penguraian suatu produk yang
dianggap tidak memenuhi spesifikasi produk, sehingga produsen bertanggung jawab
terhadap produk-produk yang telah mereka publikasi.
c. Kebijakan
Perusahaan
Kebijakan
perusahaan dalam menekan dampak negatif dari penguraian produk dapat memberikan
surplus yang tinggi dalam hal pemasaran (markezing). Produk yang mampu
diuraikan dengan baik dapat membantu perusahaan dalam mempromosikan produk yang
akan dipasarkan.
d. Bahaya
Potensi-potensi
yang dapat menimbulkan bahaya pada produk perlu diuraikan dengan benar dengan
cara diidentifikasi sejak dini sampai dampak yang akan ditimbulkan.
5.
Ketentuan-ketentuan
Operasi
Pada
ketentuan-ketentuan operasi perlu mempertimbangkan hal-hal berikut ini:
a. lnstalasi
Produk
yang dibuat dapat diinstalasi dengan mudah oleh konsumen dengan cara memberikan
bantuan teknik dalam memperagakan produk dan memberikan informasi teknik
melalui buku manual panduan (user manual guide).
b. Penggunaan
Biaya
operasional yang dikeluarkan ketika proses pembuatan menyebabkan perlu
diminimalisir dengan tepat. Penekanan ini dapat mencegah terjadi pembengkakan
biaya yang diakibatkan: pengoperasian mesin selama 24 jam/hari, jumlah operator
yang ada konsumsi energi yang dibutuhkan, dan tingkat keterampilan operator.
.lika biaya tersebut dapat dltekan, maka efisiensi harga yang akan ditawarkan
menjadl rendah namun tetap memperhatikan fungsi dan kegunaan dari setiap
komponen yang bekerja.
c. Pemeliharaan
Suatu
servis/ layanan yang baik adalah mampu memberikan garansi terhadap pemeliharaan
dan penggantian suku cadang yang standar. Jika dibutuhkan perawatan yang rutin,
maka produk yang dibuat dapat dibongkar-pasang dengan mudah
d. Keamanan
Potensi-potensi
yang dapat menimbulkan bahaya pada produk perlu diidentiiikasi sejak dini
sehingga kecelakaan ke1ja_dari pemakaian alat/mesin tersebut dapat segera
dicegah. Keamanan produk dapat merujuk pada banyak standar dan peraturan yang telah
disepakati oleh banyak perusahaan.
D.
Langkah-Langkah
Pembuatan Desain Produk
1.
Langkah-langkah
di Bidang Teknik (Engineering Design)
a. Fase
I. Desain Konseptual
Fase
I adalah fase awal dari seorang desainer ketika ingin mencari/mengembangkan
permasalahan-permasalahan di lapangan serta menemukan alternatif-altematif
sqlusi penyelesaian. Pahl & Beitz (1988) dalam Sugiyono (2015:417) menyatakan
bahwa tujuan dari desain konsep adalah memvariasi
gegala konsep untuk diseleksi dan dieliminir berdasarkan kriteria- kriteria
yang mendukung spesifikasi produk. Begitu pentingnya fase ini, maka dalam
menentukan keputusan penyelesaian harus hati-hati dan fokus pada permasalahan
agar tidak terjadi konflik/ ketegangan di kemudian hari.
Kegiatan
dalam Fase I (Desain konseptual) ini dapat dilakukan dalam beberapa tahap:
1) Recognition of a need
(urgensi kebutuhan)
Masalah
yang ada di lapangan adalah masalah yang sifatnyu urgen untuk segera
diselesaikan. Desain yang baik adalah desain yang relevan dengan pengakuan dari
masyarakat/pasar akan pentingnya solusi pada kebutuhan tersebut.
2) Definition of the
problem (mendefinisikan permasalahan)
Sebelum
membuat produk yang akan dibuat, perancang hams berhati-hati dalam menentukan
sebuah produk yang akan dirancang. Produk yang akan dibuat akan lebih efektif
apabila mampu menjawab permasalahan yang dihadapi konsumen. Produk yang dibuat
tidak harus produk yang baru, melainkan produk dari pengembangan produk yang
telah ada dan dimodifikasi seefektif mungkin. Pengidentifikasikan kebutuhan dapat dilakukan dengan mengumpulkan
informasi dari konsumen melalui prasurvei ke lapangan, wawancara, penyebaran
kuesioner, dan mengamati isu-isu yang berkembang pada saat itu.
3) Gathering of the
information (pengumpulan informasi)
Langkah
berikut dalam desain konseptual adalah mengumpulkan informasi yang terkait
dengan tantangan dalam penyusunan rancangan produk tersebut. Sumber-sumber informasi
pendukung harus dikelola dengan baik dengan cara dikategorisasikan,
dikontekstualisasikan, ditata yang rapi, dan disimpan yang baik. Sumber-sumber
informasi tersebut sangat berguna dalam mengembangkan langkah-langkah dalam mendesain
selanjutnya. Sumber-sumber informasi yang dapat sebagai referensi penyusunan
desain meliputi: intemet, jurnal penelitian, anikel, katalog alat/mesin, dan
kajian literatur dari berbagai pustaka yang terkait.
Pengumpulan
informasi digunakan untuk memberikan-memberikan pertimbangan-pertimbangan dalam
mendesain. Pertimbangan-pertimbangan tersebut meliputi pertimbangan teknik,
tampilan, kehandalan, ergonomi, kualitas, ekonomi, proses pembuatan, instalasi,
dan keamanan. Hasil dari pertimbangan-pertimbangan tersebut akan menghasilkan
PDS (Product Design Specyication)
yang selanjutnya digunakan sebagai informasi yang akan dituju oleh perancang.
4) Developing of a concept
design (mengembangkan konsep desain)
Pengembangan
konsep melibatkan proses berpikir kreatif yang tinggi. Perlu adanya pola
berpikir yang divergen (meluas) dan lateral dalam mengembangkan berbagai konsep
desain. Kreativitas digunakan untuk menentukan ide-ide yang tepat dalam
menentukan konsep yang cocok dengan produk yang akan dibuat. Dieter &
Schmidt (2009) dalam Sugiyono (2015:418) menyarankan bahwa dalam berpikir
kreatif dapat dilakukan dalam 6 langkah yaitu: 1) mengembangkan karakter yang
kreatif; 2) tidak membatasi imajinasi; 3) gigih dalam bekerja 4) membuka lebar
pikiran; 5) menunda keputusan 6) menetapkan batasan masalah.
5) Choosing between
competing concept (memilih dan
mengevaluasi konsep)
Desainer
yang handal adalah seseorang yang mampu melihat berbagai macam solusi sebagai
masalah dalam mendesain. Setiap komponen yang ditawarkan menlpakan alternatif
solusi yang harus dianalisis secara mendalam dengan mempertimbangkan
kriteria-kriteria yang ada. Langkah konseptual desain selanjutnya adalah memutuskan
(decision making) dari sekian variasi konsep yang telah ditawarkan. Keeney
(1992) dalam Sugiyono (2015:421) berpendapat “Making a decision is a stressjll situation for most people because
there is no way to be certain about the information about the past or the
predictions of the ruture“. Ini artinya sebuah keputusan akan menimbulkan situasi
yang menegangkan karena menyangkut pada masa yang akan datang apakah konsep
desain yang dipilih mampu bertahan dalam waktu yang lama. Jika dikaitkan dalam
desain, maka dalam menentukan keputusan perancang perlu mempertimbangkan beberapa
aspek seperti feasibilitas, efektifitas, efisienitas, dan biaya produksi. Ini
bertujuan agar hasil desain dapat dirancang sesuai dengan kemampuan perancang.
Langkah
evaluasi dari penentuan konsep desain perlu diperhatikan. Langkah tersebut
meliputi:
a) penentuan
kriteria desain,
b) penyaringan/penyeleksian
kriteria,
c) penyusunan
tabel diagram Pugh, dan
d) analisis
biaya produksi.
Proses
evaluasi ini dilakukan karena perancang akan memilih terbaik dari yang terbaik
dari altematif-altematif komponen yang telah ditentukan.
b.
Fase
II. Desain Perwujudan (Embodiment Design)
Proses
desain akan dilanjutkan pada langkah perwujudan desain. Perwujudan ini
merupakan langkah perancang untuk mulai menggambar wujud komponen~komponen yang
ingin dibuat. Hurst (2006) dalam Sugiyono (2015:425) menjelaskan bahwa “proses
perwujudan desain dapat menjembatani antara tahap konseptual desain dengan
tahap desain detail”. Fase ini merupakan penyempurnaan dari konsep detail yang
telah dievaluasi. Perwujudan desain merupakan langkah sintesis dan korcksi alas
pilihan-pilihan konsep dan pelengkap yang ada. Prinsip-prinsip tersebut
melihatkan optimisasi, penyederhanaan, penentuan skala, estetika, ergonomi,
sintesis (perpaduan), dan iterasi.
Dalam
membuat wujud desain, Dieter & Schmidt (2009) dalam Sugiyono (2015:425)
membagi 3 langkah besar yaitu sebagai
berikut:
1)
Product Architecture (Merancang Konstruksi
Produk)
Komponen/elemen
yung akan dibuat clikclompokkan bcrdasarkan masing-musing fungsinya. Dalam langkah
ini peruncang mului menyusun gambar sketsa berdasarkan konsep-konsep desain
yung telah di pilih.
Dalam
menyusun sketsa, perlu dipertimbangkan pada bentuk dan fungsi dari benda yang
akan digambar. Elemen yang akan digambar apakah berada dalam posisi yang
pennanen, atau dapat dipindahkan, atau membutuhkan proses maintenance yang
rutin, dan pertimbangan lainnya. Artinya, bentuk yang disusun dalam sketsa
dapat Iogis serta dapat memprediksi kemungkinan- kemungkinan kesalahan yang
akan terjadi mendatang.
2)
Configurations Design (Desain Wujud)
Pengembangan
lebih lanjut atas gambar sketsa kemudian diwujudkan dengan pemberian dimensi
secara umum dari setiap komponen. Penting untuk diperhatikan bagi perancang
mengenai bentuk dan dimensi yang diberikan karena ini menyangkut pada kemampuan
manufaktur baik diproduksi dengan bantuan alat atau mesin. Karakteristik dari
setiap komponen juga diperhatikan, apakah bentuk geometris komponen tersebut
membutuhkan lubang, slot, alur, dudukan. dan lain sebagainya. Hal ini penting
diketahui perancang karena ia harus mempertimbangkan bagaimana elemen- elemen
tersebut dapat dirakit dengan tepat dan tidak terjadi kesalahan baik kekurangan
atau kelebihan ukuran.
Dalam
mewujudkan tampilan desain yang baik maka diperlukan strategi dalam melakukan
hal tersebut. Pahl & Beitz (1988) dalam Sugiyono (2015:426) menyebutkan terdapat 4 dasar untuk
mevvujudkan desain yang tepat antara lain sebagai berikut:
a) Clarity
of functions (kejelasan fungsi), artinya tampilan desain produk yang akan
diwujudkan harus menghindari dengan namanya ambiguitas. Ambiguitas tersebut
dapat memberikan ketidak-eflsienan dalam memakan biaya, energi, tenaga, material,
dan sebagainya yang menyebabkan ketidak- bermanfaatan atas desain yang dibuat.
b) Simplicity
(kesederhanaan), artinya desain yang dibuat adalah desain yang tidak terlalu
komplek tetapi setiap orang mudah memahami desain yang kita buat. Kecermatan
dalam membuat sketsa bentuk yang tidak terlalu kompleks dan kemampuan dalam manufaktur
dan perakitan.
c) Safety
(keamanan), artinya komponen yang didesain dijamin keamanannya baik dari
fimgsi, kinerja, serta dampak yang dimungkinkan terjadi di kemudian hari.
Komponen-komponen yang berputar, translasi, dan berpelumas wajib dijauhkan atau
ditutup sehingga tidak membahayakan pengguna alat/mesin.
d) Minimal impact on the
environment (meminimalisir dampak yang
terjadi), artinya desain yang dibuat harus mempertimbangkan terhadap dampak
yang tezjadi atas pemilihan secara teknis benda yang dipilih. Dalam bagian ini,
perancang perlu mempertimbangkan tentang keteknikan terkait bahan/material,
gaya yang bekerja, stabilitas. faktor keamanan, dan lain sebagainya sehingga
dapat menentukan besar dimensi dari suatu komponen tersebut. Langkah yang efektif
adalah menganalisis dimensi minimal yang harus digunakan pada komponen sehingga
akan diketahui bentuk ideal komponen yang didesain. Ini bukan masalah Trial & Error, tetapi masalah
ketepatan dan keefisienan dalam menentukan dimensi.
3)
Parametric Design (Desain Parametrik)
Tahap
arsitektural dan konflgurasi desain merupakan tahap bagaimana menentukan
komponen yang tepat baik dilihat bentuk, dimensi, material, kemampuan
manufaktur, dan lain sebagainya sehingga menghasilkan satu komponen yang
terbaik berdasarkan penyaringan-penyaringan dalam tahap-tahap sebelumnya. Hasil
akhir dari proses ini adalah berupa dimensi yang ideal dengan beban atau gaya
yang diterima atau dikeluarkan untuk memenuhi PDS yang telah dirancang.
Desain
parametris melibatkan pada penalaran baik secara kuantitatif maupun kualitatif
dalam menganalisis flsik material dan kesesuaian dengan kemampuan manufaktur
yang ada. Hasil yang didapatkan berupa komponen yang mempertimbangkan toleransi
serta kemampuan manufaktur. Dieter & Schmidt (2009) dalam Sugiyono
(2015:427) menyampaikan bahwa “Dimensions
and tolerances were set tentatively,...
Penentuan ukuran dan toleransi bersifat tentatif dan disesuaikan
berdasarkan analisis perhitungan, keberadaan material dan kemampuan dari setiap
alat/mesin dalam memproduksi.
c.
Fase
III. Desain Detail
Fase
III desain detail adalah fase terakhir dalam proses desain. Pada fase ini, akan
dihasilkan gambar kerja yang Iengkap dengan dimensi serta toleransinya, bahkan
harga dari tiap material dan proses pembuatannya juga akan dihasilkan pada thse
ini. Pentingnya fase ini karena pekerjaan ini akan dilanjutkan pada bagian produksi/manufaktur
untuk diwujudkan dalam bentuk produk nyata. Komunikasi yang tersampaikan
melalui visual :gambar kerja harus terinformasi dengan jelas. Oleh karena itu
perlu hati-hati dalam menentukan ukuran, jenis pekerjaan, material yang dibutuhkan,
jenis perakitan, dan lain sebagainya. Detail desain yang brilian adalah detail
pekerjaan yang mampu dikerjakan serta dapat menekan biaya produksi pada proses
pengembangan produk.
Pada
fase ini menekunkan pada pelengkapan data-data baik ukuran, bentuk, dan biaya
pembuatan produk (bill of materials).
Bill of materials (BOM) digunakan
untuk merencanakan pengeluaran yang dibutuhkan ketika proses manufaktur berlangsung.
Dalam
membuat gambar kerja, perlu diperhatikan dahulu, apakah produk yang dirancang
merupakan produk baru atau produk pengembangan. Jika produk baru maka, setiap
komponen yang akan dibuat dalam gambar kerja harus sedetail mungkin sehinggu
dalam proses pembuatan tidak mengalami kendala dalam membuatnya. Jika produk
tersebut merupakan produk pengembangan, maka perlu dicermati mengenai ukuran
dan bentuk, karena dalam pengembangan biasanya yang membedakan adalah bentuk
dan ukuran.
2.
Langkah-langkah
Perencanaan Produk Nonteknik
Langkuh-langkah
perencanaan desain produk yang bukan teknik. misalnya di bidang manujemen.
pcndidikzm dan sosial tentu tidak serumit contoh di atas. Dalam hal ini Borg
and Gall (2003) dalam Sugiyono (2015:445) menyatakan “once the development has completed a literature review and collection
of other perlinent information, the next step is to make a paln of the
product”. Bila pengembangan telah membaca literatur dan mengumpulkan
informasi secara lengkap, maka langkah selanjutnya adalah merancang suatu
produk. Berdasarkan hal tersebut, maka langkah-langkah dalam perencanaan desain
produk sangat singkat, yaitu mengumpulkan informasi, membaca literatur dan
merancang produk. Selanjutnya Richey and Klein (2009) dalam Sugiyono
(2015:446) menyatakan “Identyfving a research problem and related
questions is the first step in planning any empirical study”. Dalam penelitian
empiris, mengidentifikasi permasalahan penelitian yang terkait dengan
pertanyaan penelitian, merupakan langkah awal dalam melaksanakan perencanaan.
Berdasarkan
hal tersebut, maka langkah-langkah dalam pembuatan produk bukan teknik (bukan
engineering design) ditunjukkan seperti gambar 3.
Berdasarkan
gambar 3 tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Seperti telah dikemukakan
bahwa, untuk mengembangkan desain produk dapat berangkat dari potensi atau
masalah. Bila suatu sekolah atau institusi lain, punya potensi, maka potensi
tersebut dapat dikembangkan menjadi sesuatu yang mempunyai nilai tambah.
Gambar
3. Langkah-langkah Pembuatan Rancangan/Desain Produk
Setelah
permasalahan dan potensi dapat diketahui, maka peneliti melakukan studi
literatur. Dengan studi literatur dari berbagai Sumber buku, jurnal, internet,
maka akan dapat diperoleh berbagai teori yang dapat digunakan untuk merancang
suatu produk. Dengan berbekal teori-teori yang relevan dengan potensi dan
masalah, maka peneliti melakukan penelitian untuk memperoleh data yang dapat
digunakan sebagai pertimbangan dalam merancang suatu produk.
Dengan
studi literatur dan penelitian (studi lapangan), maka peneliti akan menetapkan
apakah tujuan produk yang akan dikembangkan/dibuat. Tujuan produk pembelajaran
misalnya, untuk meningkatkan kreativitas siswa. Dengan tujuanv tersebut, maka
peneliti akan mengembangkan ide untuk mengembangkan suatu produk. Ide produk
baru dapat berasal dari berbagai macam sumber, seperti referensi, pengalaman,
kompetitor, tenaga kerja/guru/kepala sekolah /pengawas dan karyawan lainnya
pada dari suatu institusi. Salah saru Sumber ide paling potensial berasal dari
pelanggan yang merefleksikan masalah mereka terhadap produk yang ada sekarang.
Sumber-sumber ide kreatif yang dipertimbangkan secara umum membutuhkan sebuah
pendekatan formal untuk menentukan produk baru alternatii Elemen kritis pada
proses pembangkitan ide-ide adalah pengembangan konsep produk baru, salah satu
diantaranya adalah menjelaskan tentang analisis struktur keuntungan dari produk
baru.
Dalam
pengembangan ide terhadap suatu model misalnya, peneliti merenungkan ide-idenya
dalam berbagai diagram alir dengan berpikir sistem. Sistem adalah keseluruhan
yang terdiri atas komponen-komponen yang bekerja secara terpisah dan terpadu untuk
mencapai tujuan. Ciri khas sistem adalah adanya input, proses, dan output.
Dengan demikian draf suatu model yang berpikir sistem adalah bahwa, model
tersebut berisi input, proses dan output, yang masing-masing terdiri atas
komponen-komponen yang terpisah tetapi bekerja secara terpadu untuk mencapai
tujuan.
Berbagai
ide yang telah terumuskan dalam berbagai draf model tersebut, selanjutnya
dilakukan penyaringan. Pada tahgp penyaringan ide dilakukan melalui proses
eliminasi terhadap ide-ide yang terkumpul dengan berbagai pertimbangan untuk
memilih sejumlah ide terbaik dan konsisten dengan tujuan pengembangan produk
sekamng. Dengan demikian diharapkan ide-ide produk baru yang terpilih dapat
sukses digunakan oleh masyarakat luas, di pasar dan dapat mencapai tujuan dan
sasaran. Pertimbangan untuk penyaringan adalah, efektivitas model, eflsiensi
model, kepraktisan model dan performan model. Seperti telah dikemukakan bahwa, efektivitas
terkait dengan dcrajat pencapaian tujuan. Dari berbagai ide model yang
dikembangkan, model mana yang dipandang paling efektif. Pertimbangan lain
adalah efisiensi. Efisiensi terutama terkait dengan penggunaan dana dan waktu.
Dari berbagai ide tersebut perlu dianalisis, manakah yang paling murah biaya
dan memerlukan waktu yang singkat untuk mencapai tujuan. Pertimbangan lain
adalah kepraktisan menggunakan produk/model, yang berarti produk tersebut dapat
digunakan dengan mudah oleh yang berkepentingan. Performa/penampilan produk
yang merupakan suatu pertnnbangan dalam melakukan penyaringan. Dia antara
ide-ide rancangan produk tersebut perlu dipilih mana yang performanya paling
baik, tetapi yang efektif, efisien dan praktis. Pemilihan dapat dilakukan
sendiri atau dengan tim yang kompeten.
Setelah
ide terhadap ranqangan produk terpilih, maka rancangan tersebut dievaluasi
kembali. Evaluasi dapat melibatkan praktisi dan tenaga ahli. Evaluasi dilakukan
terhadap konstruk secara keseluruhan dalam satu sistem/model dan evaluasi
terhadap komponen-komponen yang ada' dalam sistem tersebut. Evaluasi menggunakan
instmmen yang juga didasarkan pada aspek efektivitas, efisiensi, kepraktisan
dan performa suatu sistem atau model. Evaluasi ini juga dapat dinyatakan
sebagai uji intemal terhadap suatu rancangan produk. Evaluasi digunakan sebagai
bahan pertimbangan untuk menyempumakan rancangan produk.
Bila
evaluasi terhadap rancangan model dari berbagai praktisi dan pakar sudah
dinyatakan sangat baik atau baik, maka langkah selanjutnya adalah evaluasi
terhadap pertimbangan konsumen yang akan menggunakan produk tersebut. Siapa
saja dan seberapa banyak produk tersebut akan digunakan. Evaluasi menggunakan
instrumen yang diedarkan kepada calon pengguna. Bila penimbangan konsumen
terhadap produk tersebut telah meyakinkan, maka rancangan produk sudah jadi,
dan siap diujicoba lapangan.
BAB III
PENUTUP
Dalam
era global, era persaingan bebas saat ini, produk yang dibutuhkan masyarakat
adalah, produk yang performannya bagus, baik dari segi bentuk maupun
visualisasinya (pandangan mata); efektif (kualitas relatif tinggi, tidak cepat
rusak), efisien (murah harganya), praktis (ergonomis, mudah dan enak digunakan).
Supaya produk yang digunakan memenuhi spesiflkasi tersebut, maka perlu
direncanakan dengan baik. Hasil perencanaan akan menjadi desain suatu produk.
Produk
adalah segala sesuatu yang dibuat atau dikembangkan untuk dijual atau
digunakan/dipakai. Perancangan produk adalah suatu proses untuk membuat produk
baru yang akan dijual oleh pelaku bisnis kepada pembeli. Pertimbangan utama
dari perencanaan produk baru adalah efektivitas dan efisiensi. Efektivitas,
berati produk tersebut kalau digunakan dapat mencapai tujuan pada gradasi yang
tinggi. Suatu produk dinyatakan sebagai efisien, bila produk tersebut dibuat
dengan biaya yang murah, waktu yang singkat, dan suasana yang menyenangkan bagi
yang membuat.
RUJUKAN
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian dan Pengembangan.
Bandung: Alfabeta